ANALISIS MAKNA MANTRA DAN LAGU PADA
UPACARA SEBLANGAN DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGA, BANYUWANGI
(KAJIAN LINGUISTIK
ANTROPOLOGI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Mantra dan upacara atau lebih tepatnya dikatakan sebagai
ritual memiliki hubungan yang sangat erat. Pada upacara-upacara seperti itu
tentu terselip mantra-mantra yang
diucapkan oleh sesepuh disana untuk lebih mengkhikmadkan upacara. Dengan alasan
mantra tersebut membuat mereka lebih mudah berhubungan dengan arwah nenek
moyang. Mantra sendiri memiliki pengertian perkataan atau ucapan yang dapat
mendatangkan daya gaib (misalnya dapat. menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan
sebagainya; susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap
mengandung kekeuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk
mrnandingi kekuatan gaib yang lain; puisi yang diresapi oleh kepercayaan akan
dunia gaib; irama bahasa sangat penting untuk menciptakan nuansa magis, mantra
timbul dari kepercayaan animisme (Laelasari,2008:153).
Memang dalam upacara yang ada di daerah banyuwangi ini
memang terlihat sakral dan tidak semua orang bisa melakukannya. Ada beberapa
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Seperti misalnya, untuk bagian memasak
hidangan untuk upacara ritual tersebut lebih baik laki-laki yang melakukan,
tidak sembarang aturan dibuat ada alasan tersendiri bagi mereka, mereka percaya
apabila yang memasak adalah seorang gadis yang sedang berhalangan maka makanan
tersebut ketika dihanyutkan akan berwarna semerah darah, maka laki-lakilah yang
melakukan itu.
Lalu yang dimaksud dengan upacara ritual adalah kegiatan
yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa penting yang pernah terjadi yang
erat kaitannya dengan mitologi atau legenda (Laelasari,2008:261). Tari Seblang
bukanlah satu-satunya tari tradisional Indonesia yang diadakan sebagai ungkapan
rasa syukur atas kesuburan tanaman yang mereka peroleh. Dalam budaya
Jawa-Mataraman dikenal yang namanya upacara Bersih Desa (http://eksotisme tari
seblangdi ujung timur pulau jawa). Seblang adalah upacara adat berupa tarian
yang diiringi gamelan dan gending bahasa Osing. Uniknya, sang penari beraksi
dalam keadaan tidak sadar dan dikendalikan roh halus. Nuansa animisme dan
dinamisme masih kental dalam setiap upacara adat masyarakat Banyuwangi (Osing)
(http://Ritual tari seblang di banyuwangi tak lekang oleh jaman I metrogaya).
Upacara seblang ini berkaitan erat dengan mitologi Dewi Sri, Dewi kesuburan dan
masyarakat setempat masih mempercayai itu. Meski sudah jarang dijumpai
acara-acara seperti ini namun ritual ini masih saja ada.
Dalam bahasan ini, tidak akan dibahas mengenai upacara
tersebut melainkan mantra-mantra dan lagu yang dinyanyikan pada upacara
tersebut. Mengingat ini adalah kajian Linguistik Antropologi yang memandang
bahasa dalam lingkup budaya. Mantra-mantra yang mistik tersebut akan dikaji
dengan mengguakan kacamata bahasa.
Alasan pemilihan lokasi, Banyuwangi terpilih menjadi
sumber data penelitian kali ini karena pada daerah tersebut masih dipercaya
memiliki banyak ritual-ritual yang memiliki kekhasan. Selain itu, upacara
Seblang ini jga makin pudar sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini
upacara Seblang ini kembali diperhatikan. Indonesia memang memiliki kekayaan
budaya yang sangat banyak. Sebenarnya banyak upacara-upacara yang ada pada
daerah tersebut berdasarkan narasumber yang berhasil diwawancarai namun,
penelitian ini hanya difokuskan pada upacara Seblang karena dianggap hampir
musnah.
Kajian ini akan difokuskan untuk memaknai mantra pada
upacara Seblang berikut juga lagu yang mengiringinya. Berdasarkan data yang
ada, ada 12 lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari, penari tersebut haruslah
perempuan yang berusia di atas 50 tahun dan ia menyanyikan lagu-lagu tersebut
secara bertahap. Dengan usia yang tua tersebut diyakini ia tidak memiliki
halangan lagi dan tidak memiliki kendala dalam melakukan ritual tersebut.
1.2 Batasan
masalah
Untuk
memberi rumusan masalah pada penelitian kali ini, tentunya harus diberi batasan
masalah terlebih dahulu, karena dengan demikian foks masalah atau Rumusan
masalah akan terlihat jelas. Bidang linguistik antropologi ini memang memiliki
cakupan yan luas jika kita melihat dari berbagai sudut. Ada yang berpendapat
bahwa ia termasuk dalam kajian Etnolinguistik, bersinggungan dengan Sosiologi,
Folklor, dan lain-lain. Linguistik Antropologi itu sendiri memiliki cakupan
dengan Etnografi di dalamnya, bukan Etnografi yang mencakup linguistik
Antropologi. Kali ini dengan diberi
batasan seperti ini penelitian ini difokukan pada bahasa yang digunakan pada
upacara Seblang di daerah banyuwangi, lebih tepatnya penggunaan mantra. Jadi
bahasa yang dikaji memiliki hubungan yang erat dengan budaya, bukan budaya yang
disorot.
1.3 Rumusan
Masalah
1.3.1 Bagaimana makna mantra pada upacara Seblang di
Desa Kemiren, Kecamatan Galaga,
Banyuwangi?
1.3.2 Bagaimana makna lagu pada upacara Seblang
di Desa Kemiren Kecamatan
Galaga, Banyuwangi?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mendeskripsikan makna mantra pada upacara
Seblang di Desa Kemiren Kecamatan
Galaga, Banyuwangi.
1.4.2 Mendeskripsikan makna
lagu pada upacara Seblang di Desa Kemiren
Kecamatan Galaga, Banyuwangi.
1.5 Manfaat
Penelitian
1.5.1
Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini nantinya
kan mampu memberikan deskripsi mengnai struktur makna dan lagu pada upacara
Seblang yang ada di Desa Kemiren, Kecamatan Glaga, Banyuwangi.
1.5.2 Secara Praktis
·
Untuk masyarakat
Untuk masyarakat sekitar diharapkan
dengan adanya penelitian dapat membantu menambah pengaetahuan mereka menggenai
upacara ritusl yang mereka lakukan. Jadi, tidak sekadar pawing saja yang
mengetahui dengan jelas maksud dari makna dan lagu tersebut. Namun, penduduk
sekitar juga mengetahuinya.
·
Untuk peneliti
Sebagai peneliti penelitian ini tentu
memberi manfaat pengetahuan yanglebih terhadap apa yang diteliti. Memberikan
wawasan mengenai makna mantra dan lagu yang selama ini tidak diketahui.
·
Untuk peneliti berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi
apabila peneliti berikutnya melakukan penelitian di bidang yang sama.
·
Untuk pengetahuan
Sebagai bahan penelitian, kajian ini
tentu memiliki sumbangsih yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
·
Untuk masyarakat pada umumnya
Untuk masyarakat pada umumnya disini
yang dimaksud adalah masyarakat diluar masyarakat Banyuwangi, dapat memperoleh
informasi mengenai upacara tersebut. Dapat memberi wawasan dan pengetahuan
mengenai makna mantra dan lagu pada upacara ritual di Banyuwangi.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Teori yang digunakan
Konsep
makna
Makna
adalah arti atau maksud suatu kata (Laelasari,2008:153). Suatu hal tentulah
memiliki makna. Misalnya saja, seseorang yang sedang sibuk mencorat-coret buku
pada halaman yang kosong dengan raut wajah yang kosong dapat dimaknai dengan
orang tersebut sedang mengalami kebingungan. Makna tersebut tidak terbatas pada
gerakan saja, bisa digunakan pula dalam teks. Misalnya
“sulit kupercaya
bahwa aku duduk dalam bus ini, mengalami kenyataan mimpi itu dan tak lebih dari
4 jam lagi kami akan sampai di Perancis.” (Andrea.H,2007:77)
Pada kalimat di atas dapat
dikatakan, bahwa ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia alami., karena
beberapa jam yang lalu ia masih berda di Indonesia, tetapi kali ini dalam
hitungan jam ia sudah berada di luar negeri, berada di Prancis yang memiliki
cuaca dan budaya yang berbeda. Demikian juga mantra memiliki tafsiran atau arti
tersendiri. Dalam upacara tersebut bahasa yang digunakan adalah bahasa Using.
Seperti pada penamaan Seblang sendiri ‘Seblang’ berasal dari bahasa Using kuno
yang berarti hilangnya segala permasalahan dan kesusahan dan juga doa-doa yang
dipanjaatkan juga merupakan bahas yang berasal dari bahasa Using.
Kata sebagai satuan dari
perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat
dicerap dengan pancaindera, yaitu dengan mendengar atau melihat. Sebaliknya dari
segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar
atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi (keraf,2009:25). Sebuah kata
tak hanya untuk didengar semata tetapi juga memiliki makna yang terkandung,
seperti kata ‘maling’ dalam schemata orang yang mendengar akan memiliki makna
‘ada seorang yang bertindak kriminal dengan mencuri sesuatu barang yang bukan
miliknya’.
Relasi antara pembicara atau penulis
dengan pendengar atau pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. Sedangkan
tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. Memahami
semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari seluruh usaha untuk
memahami makna dalam komunikasi (Keraf,2009:25). Jadi, dalam setiap kata yang
diucapkan memiliki makna yang ingin disampaikan.
Pada umumnya makna kata pertama-tama
dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna yang bermakna konotatif
(keraf,2009:27). Secara umum makna kata pada awakl mulanya memiliki makna
denotatif (makna kata sebenarnya) seperti kara rumah memang memilki makna kata
rumah dan makna konotatif (makna yang bukan sebenarnya) misal bunga desa yang
bukan memiliki makna bunga yang ada di desa, bunga yang berasal dari desa,
melainkan gadis yang paling cantik yang ada di desa.
Konsep Mantra
Mantra memiliki pengertian bahwa perkataan atau ucapan
yang dapat mendatangkan daya gaib (misalnya dapat. menyembuhkan, mendatangkan
celaka, dan sebagainya:; susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang
dianggap mengandung kekeuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawing
untuk mrnandingi kekuatan gaib yang lain; puisi yang diresapi oleh kepercayaan
akan dunia gaib; irama bahasa sangat penting untuk menciptakan nuansa magis,
mantra timbul dari kepercayaan animisme (Laelasari,2008:153). Upacara ini diawali selamatan massal
yang dilakukan sesaat setelah matahari terbenam. Seluruh warga duduk di depan
rumah masing-masing sambil mempersembahkan tumpeng yang terdiri atas beberapa
jenis makanan khas. Di antaranya, pecel ayam, yaitu daging ayam yang dicampur
urapan kelapa muda. Sehari sebelumnya, beberapa tokoh masyarakat melakukan
ritual minta izin di makam buyut Witri. Dia diyakini sebagai leluhur masyarakat
kelurahan Bakungan. Di tempat ini, warga meminta doa sambil mengambil air suci.
Air ini nantinya digunakan penari seblang untuk penyucian dan disebarkan kepada
seluruh warga kampung. Sebelum santap tumpeng, dukun membacakan doa-doa khusus
menggunakan bahasa Using. Isinya meminta seluruh penguasa jagat memberikan
kerahayuan kepada seluruh masyarakat.
Konsep
lagu
Selain ada
mantra-mantra, pada upacara tersebut juga dipersembahkan nyanyian yang juga
dinyanyikan oleh para sinden yang mengiringi penari. Dengan dipandu seorang
pawang, sang penari mulai melenggak-lenggok mengitari lingkaran arena dengan
berputar pada satu poros tiang Payung Agung hingga 28 gending. Sesekali penari
diistirahatkan. Dari lagu tersebut akan dimaknai apa arti tersebut karena
penari memperlihatakan
kegirangannya tatkala gending "Chondro Dewi" dinyanyikan dengan suka
citanya, penari Seblang mencapai puncak orgasme tariannya. Karenanya, ia
menjadi kelelahan dan kemudian terkulai pingsan. begitu lagu
"Erang-erang" berkumandang, secara fantastic kekuatan lagu sendu itu
seakan membangkitkan kembali sang penari dari pingsannya. Definisi lagu adalahla·gu
[1] n 1 ragam suara yg berirama (dl bercakap, bernyanyi, membaca, dsb):
bacaannya lancar, tetapi kurang baik -- nya; 2 nyanyian: -- perjuangan; 3 ragam
nyanyi (musik, gamelan, dsb): -- keroncong asli; 4 tingkah laku; cara; lagak:
-- nya spt orang asing saja;menyanyikan -- lama (kuno), pb mengutarakan
pendapat yg telah usang atau sudah sering dikatakan orang;(KBBI Ofline v1.1)
Konsep upacara
Upacara ritual lebih tepat untuk menunjuk ke teori adalah
kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa penting yang pernah terjadi
yang erat kaitannya dengan mitologi atau legenda (Laelasari,2008:261). Upacara
yang menjadi kajian dalam penelitian ini memang dapat digolongkan kepada
upacara keagamaan, karena upacara ini memiliki nilai-nilai mistis. Tidak
seperti upacara kenegaraan yang terkesan formal. Sekali lagi upacara ini hanya
ada di Desa kecamatan Glaga, Banyuwangi. Sebuah daerah pesisir yang berdekatan
dengan pulau Bali.
Konsep Tari Seblang dan mantra
Tari 'Seblang' berasal dari bahasa Using kuno yang
berarti hilangnya segala permasalahan dan kesusahan. Upacara ini diawali
selamatan massal yang dilakukan sesaat setelah matahari terbenam. tidak ada
definisi yang khusus dari buku, semua itu berdasarkan kepercayaan warga
setempat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis
penelitian yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif menurut Ratna (2009:46-48) adalah
metode yang memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk
deskripsi, ciri-ciri terpenting metode kualitatif adalah: 1) memberikan
perhatian utama pada makna dan pesan 2) lebih mengutamakan proses dibandingkan
hasil 3) tidak ada jarak antara subjek dan objek peneliti 4) desain dan
kerangka bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka 5) penelitian
bersifat alamiah, terjadi dalam konetks sosial budayanya masing-masing. Dalam
sebuah penelitian yang baik antara peneliti dan objek penelitian yang diteliti
hendaknya memang tidak memiliki jarak, karena objek peneliti tidak akan
mengeluarkan datanya secara kompleks. hendaknya seorang peneliti menyatu dengan
apa yang diteliti sehingga data yang diperoleh akan terasa alami. seperti
upacararitual yang ada di daerah Banyuwangi ini tidak setiap bulan ada hanya
dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu untuk mewujudkan rasa syukur mereka atas
kesuburan dan limpahan rezeki. upacara seperti ini memiliki
Menggunakan metodologi kualitatif, yaitu berusaha
memahami fact yang ada di balik
kenyataan, yang dapat dialamati atau diindera secara langsung. Dalam istilah
metodologi kualitatif, fact yang
terdapat di balik kenyataan langsung disebut verstehen. Sehubungan dengan metodologi tersebut, Denzin dan
Lincoln mengemukakan bahwa Qualitatif research is a field of inquiry in it’s
right. It crosscuts disciplines, fields, and subject matter (Denzin dan Lincoln
dalam Maryaeni,2008:2). Metode penelitian kualitatif ini digunakan untuk
memahami sebuah kenyataan yang memiliki fakta. Karena setiap kenyataan tidak
selalu memberikan makna secara langsung. Misalkan pada mantra yang ada pada
upacara Seblang yang ada di Desa Kemiren kecamatan Glagah, Banyuwangi ini
memang memiliki makna yang tersirat, dan peneliti berkeinginan untuk
mengungkapkannya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian ini berada di Desa Kemiren,Kecamatan Glaga Banyuwangi. Banyuwangi
merupakan sebuah kota yang berada di wilayah Jawa Timur dan berada di sebelah
paling timur, lebih tepatnya berbatasan dengan pulau Bali.
Sebelah utara : Situbondo
Sebelah timur : selat Bali
Sebelah barat : Jember
Sebelah selatan :
Daerah Gingajuruh
3.3 Data penelitian
Berupa
data transliterasi mantra yang menggunakan bahasa Using dihasilkan dari hasil
rekaman dalam upacara Seblang di desa Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
3.4 Metode penelitian
Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah teknik, rekam dan
simak. Peneliti tidak mengubah data tersebut dan juga ia tidak ikut campur
didalamnya, sehingga dapat dikatakan peneliti menggunakan teknik non-partisipasi. Metode penelitian pada
penelitian ini adalah sebuah metode dimana peneliti tidak terjun secara
langsung. Jadi, peneliti hanya sebagai seseorang yang hanya mengamati kejadian
yang berlansung. Sehingga data yang diperoleh m,emang benar alami atau natural.
Dan metode yang digunakan adalah metode penelitian observasi nonpartisipator.
Untuk lebih jelasnya, peneliti akan menjelaskannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
atau ‘Grounded teori’ yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah sebuah
metode yang mengantarkan kita sebagai peneliti untuk menganalisis data berdasarkan
realitas faktual jadi, apapun berita yang ada akan ditampilkan apa adanya.
3.4.1 Instrument pengumpulan data
Menggunakan
data rekam yang berhasil direkam saat upacara Seblang berlangsung. Data rekam
tersebut, kemudian di trandliterasi dan itu yang merupakan instrumen
penelitian. Data yang dikumpulkan berupa mantra dan lagu yang ada pada upacara
Seblang di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
3.4.2 Teknik Pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data adalah bagaimana data tersebut tersaji. Data tersenut tersaji
karena adanya proses rekaman dan pengamatan oleh peneliti sewaktu upacara
Seblangan yang berada di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi berlangsung.
Peneliti hanya duduk mengamati upacara tersebut berklangsung tanpa mengubah
satu apapun.
3.4.3 Prosedur pengumpulan data
·
Peneliti berada di wiilayah tersebut
untuk berbaur dengan masyarakat sekitar.
·
Peneliti mengikuti upacara Seblangan
yang diadakan di desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
·
Selain peneliti mengikuti acara
tersebut, peneliti juga melaksanakan tugasnya sebagai peneliti dengan merekam
mantra dan lagu tersebut dengan tanpa sepengetahuan warga setempat.
·
Peneliti selesai merekam semua data yang
diperlukannya.
3.5 Metode Analisis data
Metode Analisis
berisikan bagaimana data yang sudah ada tersebut nantinya akan dianalisis oleh
peneliti. Data yang sudah ada berupa data translit tersebut akan dokelompkkan
terlebih dahulu dengan menggunakan tabel-tabel dan kode-kode. Lalu dianalisa
dengan menggunakan teori semantik yang ada, karena pemaknaan tersebut teori apa
saja bisa digunakan.
3.5.1 Instrumen Analisis Data
·
Mentransliterasi data yang ada dari
bahasa lisan ke bahasa tulis.
·
Mentransliterasi lagi bahasa using
tersebut ke dalam bahasa Jawa
·
Mentransliterasi data tersebut ke dalam
bahasa Indonesia
·
Membuat kolom-kolom terlebih dahulu
·
Membuat kode-kode yang berhubungan
dengan data sehingga memudahkan menganalisa.
3.5.2 Teknik Analisis Data
·
Teknik yang digunakan untuk menganalisis
mantra dan lagu yang ada pada upacara Seblang di desa Kemiren Kecamatan Glagah,
Banyuwangi dengan menggunakan kolomkolom yang telah diberi kode-kode dan
menganalisi dengan teori makna Gorys keraf.
3.5.3 Prosedur Analisis data
·
Prosedur analisis data dimulai dengan mentransliterasi
data dari bahasa lisan ke bahasa tulis (masih berbahasa Using).
·
Mentransliterasi data tersebut ke dalam
bahasa Jawa
·
Mentransliterasi data tersebut ke dalam
bahasa Indonesia
·
Membuat kolom-kolom
TR1
|
AM
|
TR3
|
TR2
|
·
Membuat kode-kode yang berhubungan
dengan data-data sehingga memudahkan penelitian.
Masing-masing kolom diberi kode sesuai
data, seperti:
Kolom pertama diberi kode TR1 =
tranliterasi pertama
Kolom kedua diberi kode TR2 =
transliterasi kedua
Kolom ketiga diberi kode TR3 =
transliterasi ketiga
Kolom keempat diberi kode AM = analisis
makna.
Pada masing-masing kolom diperuntukkan
untuk kedua data, data mantra dan data lagu. Data mantra berada di bagian atas
sedangkan untuk data lagu berada di bawahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 1998. ATLAS
INDONESIA, DUNIA,
DAN BUDAYA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Hirata, Andrea.2007.Edensor.Yogyakarta:bentang
Keraf,
Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia
Maeryani.2008. Metode
Penelitian Kebudayaan Jakarta: Bumi Aksara
Nurgiyantoro,Burhan.1995.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. 2009.
Stilistika Kajian Puitika Bahasa, sastra
dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, layla SS dan nur layla,SS. 2006. kamus istilah sastra: Bandung: nuansa
Aulia Bandung
RUJUKAN DARI INTERNET
;(KBBI Ofline v1.1)
(http://Ritual tari seblang di banyuwangi
tak lekang oleh jaman I metrogaya diakses pada 20 Desember 2010 pukul 3.25
am).
(http://eksotisme
tari seblangdi ujung timur pulau jawa diakses pada 20 Desember 2010 pukul 3.35
am).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar