Senin, 12 Desember 2011
Kamis, 24 November 2011
surat tuk' seorang pemuda...
Duhai
kawanQ....
Ku
mohon bacalah suratQ ini dengan jiwa yang tenang.
Sebelumnya
aq tak mau menyakitimu, tak mau mengungkit masa lalu dan tak mau mengguruimu....
Aq
juga minta maaf sebelumnya jika nanti ada kata-kata yang tak berkenan.
Aq
ingin bercerita, beberapa waktu yang lalu ada seorang pemuda yang mengatakan
tuk mencari pendamping hidup. Lalu beberapa lama kemudian ia berubah, aq
mencari pacar.
Lalu
sang gadis membaca banyak referensi yang berkaitan dengan “pacaran dalam Islam”
dan sharing kepada temannya yg lain.
Terjadilah
percakapan seperti ini:
Pemuda
itu pbertanya, maukah kamu menjadi pacarku?
Gadis
itu menjawab “adakah pacaran dalam Islam?”
Ia
bilang tidak ada, tetapi dalam islam banyak ajaran yang mengajarkan tentang
“cinta dan berkasih2an”. Gadis itu mrnjawab ia memang banyak ayat dalam
Al-Qur’an yang menjelaskan hal itu. Lalu pemuda itu mengatakan berpacaran itu
boleh asal ada batas-batasnya seperti tidak melakukan hubungan suami istri.
Jujur
saat itu gadis itu kagum, tapi kekaguman itu tlah menjadi buih di lautan....
Beberapa
waktu yang lalu pemuda itu mengatakan bahwa lambang kesetiaan itu adalah dengan
“KISSING”. Arti setia yang suci, penuh pengertian kepada pasangan kenapa
berubah menjadi cinta penuh nafsu??
Keesokan
harinya ia bertanya tentang arti “kising yang menurut pemuda itu lambang
kesetiaan” tentu saja gadis itu bercerita garis besarnya saja tanpa nama. Kawan
yang diajak bertukar pendapat itu nota bene pemuda yang “nakal” jangankan
ciuman, lebih dari itu ia pernah lakukan. Karena sang gadis pernah mendengar
curhatan kawannya tersebut. Kata kawan gadis itu ia ga setuju dengan hal itu.
Subhanallah, ia seorang pemuda seperti itu dan nasrani bisa mengatakan hal itu.
Hari
ini tiba waktunya bagi sang gadis tuk menjawab, ia hanya ingin pemuda itu
menunjukkan keseriusannya. Dengan datang langsung kehadapannya dan
menyatakannya langsung. Pemuda tersebut tetap bersikeras ingin tau jawabannya.
Akhirnya sang gadis mengajukan 3 syarat.
1. Lebih pengertian
diikiiit…
2. Ketika ingin kluar tggu
saat ia ada di rumah nenekny, untuk menjaga lidah orang agar tak salah paham.
3. Tidak ada yang namanya
kontak fisik seperti “kissing” dan “hug”. Apabila itu sampai terjadi, hubungan
qt langsung PUTUS.
Namun sayang,
pemudatersebut keberatan dengan syarat ketiga.
Apakah salah dengan
syarat2Q Tuhan….?
Aq hanya ingin
mendapatkan pemuda yang imannya baik, atau menjaga keteguhan imannya.
Aq memang bukanlah
Fatimah dan Siti khodijah yang memiliki keteguhan iman. Aq hanya umat Islam
yang tengah berada di zaman yang edan yang tengah mempraktekan ajaranmu…
Aq hanya ingin menjaga
hawa hafsumu pemuda…..
Apakah salah yang aku
lakukan….
Jika engkau menyetujui
persyaratanku…. Hubungan yang engkau pinta bisa berlanjut.. tetapi jika engkau
tak berkenan maafkanlah aku tak bisa meneruskannya.
Jika engkau masih ingin
menjalin hubungan “pacar” yang bisa kau cumbu sesuka hati, maafkanlah aq
pemuda. Karena aku tidak bisa melakukannya.
Aq ikhlaskan engkau untuk
orang lain, semoga engkau mendapat gadis yang sesuai dengn impianmu. Aq bahagia
ketika qm jg berbahagia…
25 Nov 2011-09.51 am
sepatah kata untuk sahabat
pelabuhan cintamu kini telah berlabuh kawanQ....
kini semua tlahmenjadi halal...
semoga ia adalah imam
sekaligus pemilik tulang rusukmu....
semoga menjadi pernikahan yang sakinah
dan segera diberi momongan...
aq senang melihatmu berbahagia kawanQ...
^___________________________^
D
kini semua tlahmenjadi halal...
semoga ia adalah imam
sekaligus pemilik tulang rusukmu....
semoga menjadi pernikahan yang sakinah
dan segera diberi momongan...
aq senang melihatmu berbahagia kawanQ...
^___________________________^
D
Kamis, 17 November 2011
semiotik
Laporan
Baca I SEMIOTIK
Judul
Buku : Prosa Fiksi Dalam Kajian Semiotik
Pengarang : Aart van Zoest
BAB I
Ketika ingin menceritakan hal-hal
yang terjadi dalam hidup kita hendaknya memilah-milah terlebih dahulu.
Maksudnya ketika memilih sesuatu yang kita kehendaki pastinya ada hal-hal yang
terbuang. Dan juga ketika kita bercerita pasti ada unsur-unsur kebohongan. Dan
secara tidak langsung pembaca itu dimanipulasi.
Fiksi dan nonfiksi memang berbeda
dari segi nilai kebenarannya setiap pernyataan. Ketika melakukan pendekatan
yang sistematis pendekatan semiotislah yang paling sesuai. Ini berarti teks
dianggap sebagai sebuah tanda yang merupakan ssebuah sebuah proses
berkomunikasi jika proses ini dapat berlanjut maka proses penafsiran dan proses
interpretasi akan tercapai.
Fiksi adalah cerita rekaan,
sedangkan fiksional berhubungan erat dengan teks, seperti : surat wasiat, buku harian, catatan belanja.
Ketika berada di dalam teks fiksi antara fiksi dan fiksional bisa muncul secara
bergantian. Kemiripan, konvensi, sistim konvensi adalah cara bagaimana tanda
digambarkan. Ikonisitas, indeksikalitas dan simbolitasmemainkan perannya dalam
komunikasi yang digunkan oleh teks.
BAB II
Tanda-tanda memberi petunjuk
mengenai status mereka yang khas. Pengirim tanda sastra berniat menggelitik
penerima tanda, lalu membuat tanda yang samara-samar dan meledakkan simbolitas
kemudian beranjak ke tahap redudansi. Indikasi fiksional : a) menggiring teks
b) yang situasional. Motif pembaca yang satu dengan yang lain berbeda berdasar
perbedaan social-kultural. Cara indikasi bahasa secara semiotic bisa berdasar
pada nama pengarang, judul buku dan cover buku. Indikasi fiksional ada 2 : a)
yang formal b) yang referensial. Pada puisi nonbahasa terdapat tanda-tanda yang
dapat dibaca dengan menggunakan kode yang merupakan indikasi fiksionalnya.
Indikasi fiksionalnya juga terdapat pada teks. Ada juga indikasi fiksionalnya yang terdapat
di luar teks yang dalam hubungannya kontras dengan indikasi fiksionalnya.
BAB III
Kebenaran fiksi itu sendiri sebenarnya
berkaitan dengan sifat kenyataan yang dipertontonkan. Dan setiap teks memiliki
penafsiran yang berbeda dari yan lain
karena setiap orang memiliki gaya
“chic” yang berbeda. Dalam sebuah kenyataan tentunya ada bagian yang
remang-remang atau bahkan kosong. Dunia tempat kita berada adalah Dunia kita
sedangkan dunia tempat angan-angan kita berada atau imaji-imaji kita adalah
“dunia mungkin”. Misalkan saja : khayalan dan mimpi. Denotatum sebuah teks
fiksional termasuk dalam kenyataan. Factual atau kenyataan dan
interpretentadalah dunia mungkin, yang berbeda dengan dunia kita. Bagaimanapun
juga, kenyataan yang dibayangkan besifat nonfiksional dan tal bisa lepas dari
masalah kebenaran yang terkadang dipertentangkan.
BAB IV
Dalam teks dibicarakan “ilokusioner” (ungkapan yang menyatakan
suatu perbuatan) dan daya “Perlokusioner”(melakukan
terjadinya sesuatu). Komunikasi yang sesungguhnya dan legkap terjadi jika kedua
pemakai tanda dapat saling bertukar peran. Dengan begitu kedua pemakai tanda
dapat saling merasakan apa yang pernah dirasakan oleh masing-masing orang.
Komunikasi lewat nonfiksi, biasanya menggunakan komunikasi secara impersonal.
Namun, dalam karya pop tidak ada komunikasi didalamnya. Terjadilah identifikasi
ketika pembaca telah berhasil menyatukan diri dengan tokoh yang didenotasikan
oleh teks. Identifikasi itu sendiri merupakan gejala psikologi bila pembaca mengatakan bahwa sebuah teks
telah menyentuhnya. Jadi identifikaasi adalah hal yang istimewa. Ketika
pengarang membuat sebuah karya sastra pasti ia membawa si pembaca ke dalam
dunianya yang mana di dalamnya terdapat unsur manipulasi. Jika sebuah karya
nonfiksi tidak memiliki unsur manipulasi ia tidak dapat digolongkan kedalam
karya fiksi. Pembauran antara karya fiksi dan
nonfiksi telah sampai pada unsure ideology, tiap teks dan tiap
penggunaan bahasa timbul karena adanya sebuah ideologi baik secara sadar atau
tidak sadar dikenal oleh pemakai tanda. Dan itu tidak pernah lepas dari sebuah
eks, yang menimbulkan manipulasi kepada para pembaca. Demikian juga halnya
dengan mitos, mempengaruki sebuah karya fiksi. Seperti “dongeng”. Dan jenis
mitos itu sendiri banyak macamnyaada mitos nasional, mitos murni, mitos
individual dan lain-lain.
BAB V
Mitos dan kesusastraan berhubungan
erat dengan fiksi dan nonfiksi. Dan mitos itu sendiri tidak data terpisahkan
seperti kacang dengan kulitnya. Dan selama perkembangan zaman mitos itu
mengalami perkembangan. Seandainya mitos nantinya sudah tidak ada lagi,. Namun,
kita harus berusaha supaya mitos terbentuk dan mengetahui baaimana mitos
tersebut terbentuk. Karena itu adalah hal yang terpenting dalam pelajaran fiksi
dan nonfiksi.
Nama : Delly Novianti
NIM : 072144027
Jurusan : Sastra Indonesia ‘07
analisis legenda makam sunan malik ibrahim (kajian fungsi dan nilai budaya)
LEGENDA SUNAN MALIK IBRAHIM DI
KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK
(KAJIAN FUNGSI DAN NILAI BUDAYA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Danandjaja
(1984) mengemukakan bahwa folklor merupakan cara untuk mengabadikan apa yang
dirasakan penting oleh sebuah masyarakat pada sesuatu masa yang tertentu, dan lore mencerminkan
fikiran folk itu. Dalam konteks ini, folk akan berterusan menguji dan
mempersoalkan lore yang ditatanya
untuk memastikan keserasian dan kesesuaian tradisi itu.
Sastra
lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu
kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke
mulut). Sastra lisan memang sebuah cerita yang dicerikatan secara turun temurun
dan biasanya tidak diketahui penciptanya. Dalam kajian sastra lisan dikenal 3
jenis: sastra lisan, sastra setengah lisan, dan sastra bukan lisan. Dalam
kajian folklore lebih diutamakan adalah sastra lisan seperti cerita rakyat,
legenda, dan mite. Sastra lisan ada jenisnya, seperti piusi yang terdiri dari
tembang dolanan, parikan, ungkapan tradisional, dan teka-teki dan jenis yang
kedua adalah puisi. Ciri-ciri pengenal
utama sastra lisan primer, sebagai berikut: (1) penyebaranya melalui mulut ke
mulut, maksudnya ekspresi budaya yang disebarkan baik dari segi waktu maupun
ruang melalui mulut, (2) lahir dari dalam masyarakat yang masih bercorak desa,
masyarakat kota, atau masyarakat yang belum mengenal huruf, (3) menggambarka ciri-ciri budaya suatu
masyarakat, (4) tidak diketahui siapa pengarangnya karena itu menjadi milik
masyarakat, (5) bercorak puitis, teratur berulang-ulang, (6) tidak mementingkan
fakta dan kebenaran, lebih menekankan pada masyarakat modern, tetapi sastra
lisan memiliki fungsi penting dalam masyarakat, (7) terdiri atas berbagai
versi, dan (8) bahasa menggunakan gaya bahasa lisan (sehari-hari) mengandung
dialek, kadang-kadang diucapkan tidak lengkap. Memang dari ciri yang disebutkan
sebuah cerita rakyat memanglah penyebaranya dari mulut ke mulut, lahir dari
masyarakat yang bercorak pedesaan yang umumnya mereka masihmemiliki dan
mengenal lebih erat budaya yang dimilikinya dan tentunya menggambarkan budaya
masyarakat setempat, sebuah cerita rakyat biasanya tidak diketahui penciptanya,
puitis, bersifat fakta, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan.
Alasan
topik mengenai legenda ini dipilih karena budaya setempat memiliki legenda yang
menarik untuk dijadikan objek penelitian. Bnyak macam dari legenda yang ada dan
legenda perseorangan lebih diminati. Seorang tokoh yang memiliki peran dalam
sebuah masyarakat atau sebagian masyarakat tentunya akan menarik untuk
diketahui sejarahnya. Dibandingkan dengan jenis yang lain legenda memilki nilai
tersendiri. Sunan Maulana Malik Ibrahim ialah seorang tokoh yang dijunjung oleh
masyarakat, seperti diketahui bahwa tokoh tersebut adalah seorang yang berjasa
dalam menyebarkan agama Islam dan memiliki peran yang lain dalam masyarakat. Legenda
yang diambil hanya satu tetapi cerita tang dituturksn memiliki kisah yang
panjang dan akan dikaji dengan teori funbgsi dan nilai budaya.
Daerah
kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari
pulau Jawa. Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektip sering
disebut daerah Kejawen. Sebelum
terjadi perobahan-perobahan status wilayah seperti sekarang ini, daerah itu
adalah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri.
Daerah di luar itu dinamakan Pesisir dan
Ujung Timur (Koentjaraningrat,
2002:329).
Legenda Sunan Malik Ibrahim ini
dikaji dengan menggunakan struktur cerita, fungsi, dan nilai budaya. Struktur
cerita akan dikaji dengan teori pada prosa fiksi yang membahasa mengenai unsur
intrinsik, sedangkan fungsi cerita akan dikaji dengan menggunakan teori fungsi
William R. Bascom, dan yang terakhir adalah kajian mengenai nilai budaya yang
akan dikaji dengan teori nilai budaya Koentjoriningrat. Penelitian kali ini
merupakan sebuah penelitian yang berbeda dan baru di Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia karena kajian Struktur untuk mengaji sebuah cerita biasanya
menggunakan teori maranda, prop, levi-strauss, dan lain-lain. Tetapi di Jurusan
Pendidikan Daerah terdapat satu skripsi yang mengupas aslur, tokoh, plot, dan
lain-lain menggunakan teoro prosa fiksi.
B.
Rumusan Masalah
a) Bagaimana
fungsi cerita dalam Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik Keecamatan
Gresik Kabupaten Gresik?
b) Bagaimana
nilai budaya dalam Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik Keecamatan
Gresik Kabupaten Gresik?
C. Tujuan Penelitian
a) Mendeskripsikan
Struktur cerita dalam Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik Keecamatan
Gresik Kabupaten Gresik.
b) Mendeskripsikan
fungsi cerita dalam Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik Keecamatan
Gresik Kabupaten Gresik.
c) Mendeskripsikan
nilai budaya dalam Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik Keecamatan
Gresik Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
a)
Manfaat
teoretis
Secara
teoretis, penelitian ini menghasilkan dekripsi mengenai struktur, fungsi, dan
nilai budaya dari Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim di Kecamatan Gresik
Kabupaten Gresik.
b)
Manfaat
Praktis
Secara
praktis Memberi pengetahuan kepada masyarakat sekitar mengenai sisi lain
Legenda masyarakat sekitar, memberi manfaat untuk peneliti selanjutnya sebagai
referensi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian sebelumnya yang
relevan
Legenda
di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik oleh Dyah Milasari NRM
00216005 dengan rumusan masalah (1) bagaimana struktur legenda di desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik, (2) bagaimana fungsi legenda di desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik, (3) bagaimana nilai budaya legenda di desa
Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan struktur legenda di desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik, (2) mendeskripsikan fungsi legenda di desa Giri Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik, dan (3) mendeskripsikan nilai budaya legenda di desa Giri
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Dyah
ini menghasilkan struktur legenda, fungsi dari legenda, dan nilai budaya yang
terkandung didalamnya. Ada 5 golongan legenda yang dihasilkan:
·
Legenda asal mula nama desa Giri adalah
Legenda orang-orang Hindu, kisah kehidupan orang-orang saleh yaitu para nabi.
·
Legenda keris munyeg, adalah legenda
yang menceritakan tentang seseorang wali yang mempunyai kesaktian.
·
Legenda batu gajah, adalah cerita
mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap yang empunya cerita benar-benar
pernah terjadi.
·
Legenda Tiang Naga adalah cerita tentang
orang-orang muslim dengan seorang wali untuk adu kesaktian,
·
legenda telaga pegat adalah cerita yang
berhubungan dengan nama tempat.
Data
primer dan data sekunder digunakan dalam penelitian ini, data primernya adalah
narasumber, dan data sekundernya adalah informan tambahan (warga setempat yang
lama berdiam).
Skripsi
yang kedua juga masih menggunakan legenda sebagai objek penelitiannya. Legenda-legenda disekitar Telaga Sarangan
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. (kajian struktur, fungsi, dan nilai
budaya) oleh Ridzky Karini Wulandari (052144025). Dengan rumusan masalah:
bagaimana struktur legenda-legenda di sekitar telaga Sarangan, Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan (2) bagaimana fungsi struktur legenda-legenda di
sekitar telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan dan (3) bagaimana
nilai budaya struktur legenda-legenda di sekitar telaga Sarangan Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan. Tujuan penelitian yang dihasilkan adalah mendeskripsikan
struktur, fungsi, dan nilai budaya legenda-legenda di sekitar telaga Sarangan
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
saudara Ridzky adalah ditemukannya struktur, fungsi cerita, dan nilai budaya.
Dari
kedua skripsi tersebut keduanya menggunakan kajian struktur cerita yang memang
sering digunakan, ada perbedaan struktur cerita yang dipakai biasanya
menggunakan teori naratif Maranda, C. Levis Strauss, Vladimir Proop, dan yang
lain. Tetapi penelitian ini menggunakan teori untuk prosa fiksi dan memang
sudah pernah ada yang melakukan tetapi tidak pada Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
B. Teori yang digunakan
·
Konsep Legenda.
Legenda
adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi (Danandjaja, 1986:66). Jadi yang
dimaksud dengan legenda adalah sebuah cerita yang memang benar-benar terjadi
dan ada karena diceritakan secara turun temurun. Jenis-jenis legenda ada 4 :
legenda keagamaan (religious legends), (2) legenda alam gaib (supernatural
legends), (3) legenda perseorangan (personal legends), dan (4) legenda setempat
(local legends) (Brunvand dalam Danandjaja, 1986: 67). Dari keempat jenis
legenda, legenda perseoranganlah yang lebih diminati karena ceritanya yang
menarik dan memiliki banyak manfaat misalnya cerita para wali.
·
Konsep Fungsi
Teori
yang digunakan untuk mengaji struktur cerita menggunakan teori fungsi William
R. Bascom. Sastra lisan (baca folklore lisan dan sebagiab lisan) mempunyai
empat fungsi, yaitu: (a) sebagai sebuah bentuk hiburan (as a from amusement),
(b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan (it plays in validating culture, in
justifiying its rituals and institutions to those who perform and observe them),
(c) sebagai alat pendidikan anak-anak (it
plays in educations, as pedagogical device), dan (d) sebagai alat pemaksa
dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi anggota kolektifnya (maintaining comformity to the accepted
patterns of behavior, as means of applying social pressure and excercising
social control) (Bascom dalam Sudikan, 1993:109)
·
Konsep nilai budaya
Sistem
nilai budaya yang merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari
adat – istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan
konsep-konsep mengenai apa yang besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa
yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada
kehidupan para warga masyarakat tadi (Koentjaraningrat, 1990:190). Sebuah nilai
budaya menanglah bukan sesuatu yang konkret. Jadi konsep mengenai nilai budaya
itu berada dalam benak manusia itu
sendiri dan diharap member arahan dalam hidup.
Dalam
masyarakat terdapat nilai budaya
tertentu, bimana antara nilai budaya yang satu dengan yang lainberkaitan
membentuk suatu system. Kumpulan mengenai suatu budaya yang hidup dalam
masyarakat merupakan pedoman dari konsep ideal dalam kebudayaan sehingga
pendorong terhadap arah kehidupan warga masyarakat terhadap objek tertentu
dalam hal ini lingkungan hidup. Menurut Notonegoro (dalam Feni,2009) membagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Nilai
material, yaitu segala sesuatu berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi masyarakat untuk dapat mengadakan
kegiaatan aktivitas.
3. Nilai
kerohanian yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dibedakan menjadi 4 yaitu:
1) Nilai
kebenaran atau kesatuan yang bersumber pada unsur-unsur akal manusia.
2) Nilai
keindahan yang bersumber pada masa manusia
3) Nilai
kebaikan atau nilai normal yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauam
manusia (will, karsa, ethi).
4) Nilai
religius, yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak.
Nilai religius bersumber pada kepercayaan.
Berdaasrkan
penggolongan nilai budaya yang telah dijelaskan ada nilai kebenaran. Dalam
sebuah cerita memang memiliki kebenaran, lalu ada nilai keindahan dan kebaikan.
Sebuah cerita tentu memiliki unsur keindahan. Nilai religius tidak akan selalu
hadir pada setiap cerita semua bergantung pada cerita dan asal cerita yang
hidup dalam alam pikiran tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Menggunakan metodologi kualitatif,
yaitu berusaha memahami fact yang ada
di balik kenyataan, yang dapat dialamati atau diindera secara langsung. Dalam
istilah metodologi kualitatif, fact
yang terdapat di balik kenyataan langsung disebut verstehen. Sehubungan dengan metodologi tersebut, Denzin dan
Lincoln mengemukakan bahwa Qualitatif research is a field of inquiry in it’s
right. It crosscuts disciplines, fields, and subject matter (Denzin dan Lincoln
dalam Maryaeni,2008:2). Jadi penelitian mengenai kebdayaan memang cocok
menggunakan metode kualitatif yang murni menggunakan fakta,tidak melibatkan
angka, dan jenis pendekatan deskiptif yang tidak mengubah data.
B.
Lokasi Penelitian
Makam
sunan Maulana Malik Ibrahim di kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Daerah
Gresik merupan sebuah daerah yang religius, mayoritas penduduknya adalah
muslim. Di Gresik terdapat banyak tokoh-tokoh yang ikut menyebarkan agamanya di
Gresik seperti Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, Fatimah binti Maimun,
dan lain-lain. Dapat dijumpai banyak pondok pesantren berdiri.
C. Penentuan Informan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan penentuan informan berdasarkan persyaratan:
1.
orang yang sudah tua (sepuh),
2.
mengetahui cerita,
3.
berdiam di lokasi penelitian,
4.
sehat jasmani.
E Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dimaksud adalah bagaimana data itu bisa ada dan dapat dianalisis, merupakan
cara kerja terkait dengan apa yang harus diperbuat dan bagaimana berbuat rangka
mencapai tujuan penelitian. (Sudikan, 2001: 77). Jadi jelaslah pada tahap ini
dilakukan sebuah usaha untuk membuat data tersebut bisa muncul. Teknik yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Observasi
mengamati tempat penelitian dan nara sumber yang hendak diajak wawancara.
2. Wawancara
3. Teknik
Perekaman
4. Transkripsi
teks
5. Teknimpenerjemahan
6. Teknik
dokumentasi
Sehingga
data yang muncul merupakan data primer dan data sekunder. Data sekunder
digunakan untuk melengkapi data primer yang telah diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Menggunakan
dua teori,untuk menganalisa fungsi yang ada pada legenda Malik Ibrahin tersebut
menggunakan teori fungsi William R. Bascom dan untuk menganalisis nilai fungsi
menggunakan teori nilai budaya Koentjaraningrat.
G. Teknik Keabsahan Data
(Lincoln dan Cuba dalam
Sudikan,2001:83) untuk memeriksa keabsahan data dalam kajian ini dilakukan
kegiatan sebagai berikut: (a) melakukan triangulasi,
(b) melakukan peer debriefing, (c)
melakukan member check, dan kepastian
dan audit trial. Langkah-langkah triangulasi, yaitu :
1) triangulasi
sumber data,
2) triangulasi
pengumpul data (investor),
3) triangulasi
metoda pengumpul data dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam metode
pengumpulan data,
4) triangulasi
teori.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1
Analisa Fungsi
(a)
sebagai sebuah bentuk hiburan
Fungsi
yang pertama sebagai bentuk hiburan, cerita Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim
ini memang bisa dikatakan sebagai sebuah hiburan. Alasannya karena seluruh
cerita itu tentu memiliki unsur menghibur. Seperti legenda sunan Maulana Malik
Ibrahim ini mengisahkan bagaimana beliau berupaya keras menyebarkan agama
Islam, bagaimana usaha-usaha dan berbagai taktik dilancarkan demi
menyelamatkannya dari keterpurukan. Sebuah hiburan tidak hanya bersifat lucu
saja tetapi juga bisa dikatakan sebagai sesuatu yang memberi pengetahuan.
Berdasarkan cerita legenda Maulana Malik Ibrahim ini kita dapat mengetahui
bagaimana dahulu ulama yang berasal dari Gujarat ini menyebarkan agama Islam.
Bagaimana keadaan masyarakat daerah sekitar zaman dahulu. Sebuah pengetahuan
yang baru juga dapat dikatakan sebagai sebuah pengetahuan dan juga sebagai
hiburan. Dengan adanya cerita Sunan Maulana Malik Ibrahim ini juga dapat
memberi pengetahuan mengenai perkembangan agama Islam.
(b)
sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
Fungsi yang kedua ini lebih kepada
manfaat dari legenda tersebut, dapat dikatakan legenda Sunan Maulana Malik
Ibrahim ini memiliki alat pengesahan pranata dalam masyarakat. Pada legenda itu
sendiri sempat dikisahkan bagaimana susahnya, bagaimana kerasnya usaha Sunan
Malik Ibrahim membenahi kehidupan masyarakat yang telah berakar. Usaha dan
taktik demi taktik dijalankan dengan sabar, mulai dari proses mendekati
masyarakat, mengenalnya lebih jauh sampai pada akhirnya hampir seluruh
masyarakat yang ada di sana menaruh hati dan mereka akhirnya memeluk agama
Islam. Sebuah masyarakat yang dulunya memiliki keyakinan penuh terhadap
Hindhu-Syiwa dan kini menjadi seorang muslim. Jadi yang dimaksud dengan
mengesahkan pranata disini adalah sebuah pranata baru (ajaran agama Islam yang
memiliki pranata meski pranata itu tidak memaksa, tidak mengikat) dari pranata
sebelumnya.
(c)
sebagai alat pendidikan anak-anak.
Fungsi
yang ketiga jelas, cerita legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim ini dapat
digunakan sebagai alat pendidikan. Legenda ini dapat diceritakan kepada
murid-murid, tak hanya di sekolah di luar sekolah pun dapat diceritaksn
sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang cerita Sunan Maulana Malik
Ibrahim ini yang merupakan sunan pertama. Dengan diceritakannya kepada
anak-anak di sekolah atau pun kepada lembaga-lembaga pendidikan yang lain dapat
digunakan sebagai sebuah sarana untuk member tahu kepada generasi penerus kita
bagaimana awal mula agama Islam datang di wilayah ini. Dikhawatirkan generasi
penerus kita nanti akan dijejalkan berbagai cerita yang mungkin benar-benra
cerita yang direkayasa. Jadi, selain untuk alat pendidikan juga sebagai
pemelihara legenda.
(d)
sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan dipatuhi
anggota kolektifnya.
Fungsi
yang terakhir yang diungkapkan oleh William R. Bascom ini adalah yaitu lebih
kepada pemulihan sebuah kekeliruan dengan memeluk agama Hindhu-Syiwa dan
mengembalikan ke jalan yang benar. Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim ini juga
menegaskan bagaimana ajaran agama Islam ini dipelihara, diawasi sehingga tetap
ke jalan yang benar.
Ø Berikut
adalah mengenai nara sumber:
Nama : bapak Alipi
Usia : sekitar 40 tahun
Tempat tinggal : Gresik
Agama : Islam
Kedudukan : pamitia yayasan Malik
Ibrahim dan mengetahui sejarah Sunan Malik Ibrahim.
Data sumber penelitian
1. data wawancara langsung
2.
data dari sumber buku yang berada dari tempa penelitian, yang diterbitkan
pada tahun 1402 Hijriyah / 18 November
1981 Masehi. Sebuah buku yang berkisah langsung mengenai Sunan Maulana Malik
Ibrahim dan diceritakan berdasarkan tuturan dari juru kunci makam Maaulana
Malik Ibrahim.
4.2
Analisa nilai budaya
Berdasarkan
nilai budaya oleh Notonegoro (dalam Feni) legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim
ini lebih terfokus pada nilai budaya yang terakhir yaitu Nilai kerohanian
yaitu, segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian
dibedakan menjadi 4 yaitu:
·
Nilai kebenaran atau kesatuan yang
bersumber pada unsur-unsur akal manusia.
·
Nilai keindahan yang bersumber pada masa
manusia
·
Nilai kebaikan atau nilai normal yang
bersumber pada unsur kehendak atau kemauam manusia (will, karsa, ethi).
·
Nilai religius, yang merupakan nilai
ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius bersumber pada
kepercayaan.
Berdasarkan
Legenda yang diambil juga merupakan sebuah cerita keagaan, mengenai sebuah asal
mula seorang tokoh religius, tentulah nilai budaya yang dimiliki adalah nilai religius yang kental.
Nilai kerohanian itu juga dibagi lagi
menjadi 4, pertama nilai kebenaran. Legenda Sunan Maulana Malik Ibrahim ini
memang merupakan kisah yang benar-benar terjadi di wilayah Gresik, dan cerita
ini juga diuturkan secara turun temurun dan bukan sebuah rekayasa. Di belakang
proposal ini akan dilampirkan cerita legenda itu, foto-foto sebagai bukti
konkret dan juga data rekaman (narasumber bercerita secara garis besar dan
cerita didukung dengan data sekunder /kepustakaan).
Nilai kedua
yakni nilai keindahan yang bersumber pada manusia, memang cerita Legenda ini
memang bersumber pada manusia. Karena legenda ini merupakan legenda yang
berjenis perseorangan.
Nilai yang
ketiga, adalah Nilai kebaikan. Seperti kita ketahui ajaran agama Islam
merupakan agama teakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada kita semua lewat
orang-orang yang dipilih-Nya. Sebagai pemeluk agama Islam tentu ini merupakan
sebuah cerita yang tentu memiliki nilai kebaikan. Kebaikan seorang ulama member
tahu kepada rakyatnya bagaimana jalan yang benar, sehingga sampai sekarang
agama itu sudah berada di antara kita tanpa perlu bersusah payah datang ke
India.
Nilai yang
terkhir adalah nilai religius, nilai ketuhanan. Nilai kerohanian yang berkaitan
erat dengan ketuhanan. Ajaran agama bermula dari Tuhan.
4.3 Mengvaliditaskan Data
Pertama
dengan triangulasi sumber data
Data wawancara data
dari buku yang berasal dari
tempat penelitian
Peneliti
triangulasi
pengumpul data
bapak
umar nara sumber Hasyim
di tempat
penelitian
Peneliti
Triangulasi
metode pengumpulan data
metode wawancara metode
kepustakaan
metode
pencatatan (penggabungan data)
triangulasi
teori
teori fungsi teori nilai
budaya
peneliti
menerapkan teori
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasakan penelitian yang dilakukan
dengan memakai aalisa fungsi dan nilai budaya yang dimiliki, dan cerita
tersebut juga memang memiliki nilai lebih untuk daji lebih dalam. Dapat
diketahui pula bahwa sebuah cerita yang bernuansa legenda itu hendaknya kita
beritahukan kepada generasi penerus kita berikutnya agar mereka mengetahui
bagaimana sejarah dari ajaran agama Islam dan juga tokoh yang menyebarkannya.
Selain, itu juga bisa digunakan menjadi alat pendidikan dan memiliki nilai
religius yang kental.
5.2 Saran dan Kritik
Demi sempurnanya proposal ini
diharap saran dan kritik yang membangun, sehingga memperbaiki proposal
berikutnya.
LAMPIRAN
Sarana
Dokumentasi.
Untuk
data rekam menggunakan hp Dual sim card SPC BOSS 1000
·
Dengan tombol Qwerty.
·
Dual sim card dengan frekuensi 850/900/1800/1900MHz.
·
menggunakan antenna internal
untuk TV dan Radio
·
didukung Bluetooth.
·
didukung WIFI
·
layar 2.2" TFT LCD (wide screen)
·
Have motion sensor
·
didukung T-Flash atau kartu microSD hingga 16GB
·
menggunakan speaker nomal
untuk hedset 2,2 mm
·
internal lebih besar SDRAM (128 MB memory)
·
didukung dengan USB 2.0
·
didukung juga dengan alaram salat
·
didukung dengan WAP dan GPRS class 12
·
didukung dengan EDGE
·
mendukung untuk adanya pembatasan daftar
panggilan. (pembatasan sms dan telepon)
·
mendukung Java dan J2ME, include Yahoo Messanger dan Facebook
·
bahasa : Inggris dan Indonesia
·
mendukung adanya background suara ketika
melakukan panggilan keluar.
·
mendukung untuk download dan
install program java J2ME
Untuk
pengambilan gambar didukung dengan NOKIA
3230:
o
Layar TFT 65.536 warna, 176x208 piksel.
Fitur : polifonik 48 channel (MP3/MIDI/true tone), kamera 1.3 MP, memory 6 MB, HSCSD, xHTML, HTML, SMS, MMS, GPRS 10, WAP 2.0,
Picture messaging, visual radio, push to talk, word/power point viewer, SyncML,
kalkulator, jam alarm, voice dial, voice command, speakerphone, dan perm
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1986. FOLKLOR INDONESIA ilmu gossip, dongeng, dan
lain-lain. Jakarta: graffiti pers.
Koentjoroningrat.
1990. PENGANTAR ILMU ANROPOLOGI. Jakarta: rineka Cipta.
Koentjoroningrat,.2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Maeryani.2008.
Metode Penelitian Kebudayaan Jakarta:
Bumi Aksara
Milasari,
Dyah. ___. “Legenda Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.” Skripsi
tidak diterbitkan Surabaya: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unesa.
Reniawati,
Reni.2006 “legenda Pendopo Mbok Rondo di desa Pulungan Kabupaten Sidoarjo.”
Skripsi tidak diterbitkan Surabaya: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sudikan, Setya
Yuwana. 1993. Metode Penelitian Sastra
Lisan. Surabaya: Citra Wacana.
Sudikan, Setya
Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan.
Surabaya: Citra Wacana.
Wulandari,
Ridzky Karni. 2009. “legenda-legenda di sekitar telaga Sarangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.”
Skripsi tidak diterbitkan Surabaya:
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)