Buku sumber :
pengantar Apresiasi Karya Sastra (Drs.
Aminudin,M.pd)
Laporan baca
APF(Apresiasi Prosa Fiksi) 2
Nama : delly
novianti
NIM : 072144027
Jurusan : Sastra
Indonesia
‘07
Dalam upaya pemahaman unsur-unsur
dalam bacaan sastra tidak dapt dilepaskan dari masalah membaca. Karena sebelum
kita melakukan kegiatan sebagai seorang apresiator hendaknya terlebih dahului
kita pahami apa yang kit abaca dan juga kita perlu memahami unsure-unsur yang
ada di dalamnya. Dan kegiatan membaca adalah sebuah hal yang penting. Dalam
kegiatan membaca terdapat berbagai rumusan yang pertama : membaca adalah sebuah
reaksi (timbulnya reaksi ketika kita sedang membaca seperti bunyi ujaran, dan
disertai dengan pemahaman), membaca adalah proses (terdapat proses yang
kompleks didalamnya, berpikir,berasa,dll)dan yang terakhir membaca merupakan
pemecahan kode dan penerimaan pesan. Ragam dari membaca itu sendiri ada membaca
dalam hati (kegiatan pemahaman apa yang ia baca tanpa suara),membaca cepat
(dilakukan dalam waktu yang cepat) dan membaca teknik/oral reading (membaca
dengan suara dan intonasi). Tahapan mengenai aspek dari sebuah pembacaan ;
tahap pemahaman media bentuk tulisan, media disini adalah tanda baca itu
sendiri, kode-kode pengungkap gagasan. Lalu ada tahapan pemahaman media
kebahasaan meliputi aspek seperti aspek fonologis, morfologis, dan sintaksis.
Kemudian dilanjutkan dengan aspek leksis-semantis. Merupakan tahapan dimana
kegiatan pembaca dalam upaya memahami kata-kata dalam suatu teks, baik secar
tersurat maupun tersirat. Dan yang terakhir adalah tahapan penarikan
kesimpulan. Dalam rangka kegiatan membaca pasti menimbulkan penilaian teks
sastra secara lisan apalagi bila ada sebuah moment memperingati “Bulan Bahasa”
yang jatuh pada bulan November kemarin. Kriterianya adalah sebagai berikut : 1)
pemahaman 2) penghayatan dan 3) pemaparan. Dalam membaca juga diperlukan adanya
ekspresi, pelafalan, kelenturan dan daya konvresasi.
Istilah apresiasi berasal dari
bahasa Latin “apreciato” =”mengindahkan” atau “menghargai”. Proses apresiator
melibatkan : unsur kognitif(berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam
upaya memahami unsure-unsur), aspek emotif (berkaitan
dengan aspek emosi pembaca) dan aspek evaluative (berkaitan dengan penilaian
baik atau buruk). apresiasi sastra secara langsung adalah sebuah apresiasi
sebuah karya sastra secara langsung apabila tidak langsung mungkin seorang
pembaca membaaca dalam ssebuah artikel misalnya, tanpa menikmatinya secara
langsung. Bekal awal seorang apresiatr adalah ia harus mengetahui seluk beluk
unsur – unsur karya sastra sedangkan landasan seorang aprsiator itu sendiri
banyak ragamnya: missal, pendekatan emotif, analitis, historis,dll. Seiring
dengan kompleksitas unsure sebuah teks terdapat berbagai aliran bermunculan
seperti fenomenologi yang memusatkan perhatiannya pada nilai, formalisme pada
aspek bentuk atau kebahasaannya, strukturalisme klasik memusatkan perhatiannya
pada deskripsi bahasa dalam teks sastra.penilaian itusendiri ada yang objektif
dan subjektif. Dan masih banyak lagi. Manfaat yang kita dapat dalam
mengapresiasi sebuah karya sastra secara
umum sebagai pengisi waktu luang dan sbagai hiburan. Adapila silihat secara
khusus adanya manfaat ketika kita membaca karya sastra, adanya sebuah
informasi, dan menambah wawasan.
Dari tadi kita membahas mengenai prosa fiksi, sebenarnya apa sih prosa
fiksi itu? Prosa fiksi itu adalah kiasan atau cerita yang diemban oleh
pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu yang bertolak darihasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu cerita. Dalam sebuah karya fiksi terdapat komponen di
dalamnya, diantaranya SettingÞlatar
peristiwa dalam karya fiksi baik tempat, waktu atau peristiwa.setting juga berhubungan
dengan komponen yang lain. Seperti tokoh dan penokohan. Gaya
Þcara
seorang pengarang menyampaikan idenya. Dan gaya bahasa antar pengarang yang satu dengan
yang lain pasti berbeda. Berikut ini adalah gambar bagan hubungan antara gaya dengan ekspresi
pengarang dan implikasinya ;
GagasanÞpengarang(sikap,pengatahuan,pengalaman&suasana
batin)ÞekspresiÞgaya
bahasa
Penokohan dan perwatakan Þtokoh
= pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh ada 2 tokoh utam
dan sampingan, lalu ada tokoh bulat dan datar,jenis tokoh itu ada protagonis
dan antagonis. Dan penggambaran tokoh itu dapat kita ketahui dari penjelasan
pengarang itu sendiri, dari dialog dan dari gambaran dari tokoh lain. Alur Þtahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjadi sebuah cerita. Pertama diawali dengan konfliksÞklimaksÞpeleraianÞpenyelesaianÞperkenalan.namun
tahapan ini bisasaja berubah.alur memiliki ragam ada alur maju (semua peristiwa
berurutan menuju masa depan), alur mundur (semua peristiwa yang ada mengarah ke
masa lalu) dan alur maju mundur(bermula dari masa lalu®masa kini®masa
yang akan datang). Titik pandangÞcara
menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan, ada pelaku utama serba
tahu, pengarang sebagai pengamat, pengarang sebagai pengamat dan dan ia juga
sebagai penutur. Tema Þide
yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
Teori mimesis/tiruan mempunyai 2
tokoh besar “Plato” dan “Aristoteles” menurut Plato :
seorang tukang lebih baik dari pada seorang seniman karena menurut dia sebuah
copy lebih bagus menjadi sebuah copy masih mencerminkan ide asli dan seni juga
bisa menghancurkan negeri kecuali seni
yang berbau nasionalisme.berbeda dengan Aristoteles yang memandang seni itu
sesuatu yang berharga dan lebih berjiwa. Dengan seni sebuah kenyataan yang
digambarkan tidak akan terasa benar-benar nyata. Sebuah puisi memiliki sebuah
struktur abstrak dan upaya untuk memahaminya. Banyak teori membaca yang
dikemukakan oleh berbagai ahli, diantaranya Tzvetan Todorov = proyeksi,
komentar dan puitika. Dalam karya sastra itu pasti terdapat bentuk-bentuk
semiotika, semitika itu yaitu tanda. Ilmu yang mempelajari mengenai tanda.
Pemahaman mengenai tanda missal “batu” dapat kita tembus dengan post-strukturalisme
atau dengan pendekatan sinkronis dan diakronis. Selain kita memandang teori
adalah sesuatu yang hebat nnamun, janganlah didewakan.kita harus bisa memberi
simpulan tersendiri fan melibatkan unsure-unsur yang ada.
Puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima”
atau
“poesis”dan bahasa inggris “poetry”=”membat” dan “pembuatan”.
Menurut McCaulay puisi : salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Dari bentuk ®puisi
epik, naratif, lirik, dramatik, didaktik, satiric, romance, elegi, ode dan
himne. Dilihat dari strktur meliputi : bunyi, kata, larik atau baris, bait dan
tipografi. Gaya
dalam berpuisi: seperti metaphor, metonimi, anaforadan oksimoron. Unsure
intrinsic puisi menurut Wellek : a)lapis bunyi, b)arti c)lapis dunia yang digmbarkan penyair d)lapis dunia dari
titik tertentu e)lapisdunia yang bersifat metafisis.
Seorang apresiator ketika melakukan
kegiatan apresiasi dengan melakukan pendekatan hendaknya disesuaikan dengan apa
yang akan ia apresiasikan pertama membaca karya sastra itu secara
berulang-ulang, kedua menetapkan butir masalah yang akan dianalisis serta
menentukan tata urutannya ketiga menganalisis puisi sesuai dengan masalah dan
dan tata urutan yang telah ditetapkan. Sebagai salah satu genre sastra , puisi,
selain mengandung nilai-nilai kehidupan, sosialpsikologis, juga mengandung
nilai kesejarahan. Oleh sebab itu, lewat puisi,sering kali pembaca dapat
menemukan unsure-unsur historis yang berkitan dengan zaman saat puisi itu
dilahirkan.
Mengenai kehidupan pengarang, kapan
dan dimana ia dilahirkan merupakan salah satu bagian penerapan pendekatan
histories bukan untk menghafal angfka atau huruf. Dan pembahasan mengenai
hubungan antara pengarang / penyair dengan gagasan sangat berhubungan
erat.karena suatu gagasan seorang penyair atau pengarang dapat mempengaruhi
munculnya sebuah karya sastra. Dan penciptaan puisi itu sendiri sering kali
dipengaruhi oleh pandangan tentang kesustraan suatu zaman. Pada angkatan 45’
misalnya mereka banyk yang bersifat eksprsionistik dan berbeda dengan angkatan
pujangga baru yang puisinya merupakan cermin/potret dari objek penciptaan “impresionistik”.
Sebuah puisi juga tak lepas dari
hubungannya dengan kehidupan social masyarakat. Karena ada beberapa puisi yang
mencerminkan kehidupan social,missal puisi karya Hartojo yang berjudul “dari
seorang guru kepada murid-muridnya”.kehidupan sosial masyarakat, baik itu
secara individu atau kelompok, dapat menjadi bahan penciptaan suatu puisi.
Kehidupan sosial masyarakat®penyair…impresi, pengolahan, penyikapan, empati®PUISI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar